"YES,We Can!!"



“D,have u eat spaghetti before?”I asked my younger bro out of nowhere.

“Nope,dok rajin ah.Gano eh raso dio?” He replied and asked me back.

My younger brother,Mat D is the only adik I have.He just finished his SPM,and currently waiting for his interview’s result of MARA scholarship in accounting.A good,obedient and highly ambitioned adik I can say.Ermmm,tak mengapalah,puji dia sikit since there’s a truth in it~

When he answered “NO” to my question above,he just reminds me of my grassroots that I have slowly forgotten.Frankly speaking,I know nothing about spaghetti too until the last 3 years back in college.You can classify me into student yang mengalami culture shock’s category if you want,haha. That “Kejutan Budaya” doesn’t start when I was in overseas,tetapi ia bermula seawal sebaik tamatnya SPM ketika saya mengikuti kursus A-Level Business Studies di KYUEM,Lembah Beringin.Being surrounded by highly educated people with different family and education backgrounds,I was just so lucky to be selected to KYUEM.

First time melanjutkan pengajian di preparation college outside Kelantan with both genders studying together in one place,it is a real challenge for me.That’s when I start get to know more male friends and understand their language which I have never understood before.I also learn how to be independent by travelling alone in the mega city of Kuala Lumpur,and being introduced to various public transports in Malaysia such as rapid KLs,commuters and also LRTs.Oh,especially to all girls out there,don’t travel alone like what I did.Sila utamakan keselamatan anda yer!=) Semasa di KYUEM juga,saya baru menyedari bahawa not all rich people are snobbish like what it seems in the TV[erm,ni kes banyak sangat tengok rancangan drama,haha!=P].Consequently,I started to open up both my mind and heart to see things with different perspectives and try to adapt with new life’s lesson that I discover each day,sampai sekarang..-dah nak masuk final year this September,waaahhh!




Before this,I always think that money is so hard to earn,because my family isn’t rich and affordable like most of my friends.That’s one of major reason y I don’t really go out to city and spend money on things for unnecessary outings in college.When I was a kid,I don’t have many toys unlike children nowadays.My childhood is more about main air hujan,mandi air perigi yang sejuknya menggigil hingga ke tulang sum-sum, ,panjat pokok especially pokok buah-buahan ,tangkap belalang,pepatung,berudu[yeszza],kunang-kunang, etc,kacau ayam,itik dan kambing di kampung and do many other stuff that kampong children did,.Jeles juga bila kawan-kawan lain bercerita tentang anak patung dan mainan Power Rangers mereka dulu-dulu.Tapi takpe,at least saya ada pengalaman tinggal di era yang mana kami tidak mempunyai tandas untuk menguruskan nature calls kami,wahaha!Ketika itu,waktu kecil saya banyak dipengaruhi dengan cerita-cerita hantu dan jin,apetah lagi dalam susur galur keluarga kami ada terlibat dalam arena perbomohan pada zaman dahulu kala..

Today,I look up at the mirror,and the mirror work out its usual job,reflecting the physical image of myself. The first thing I notice is my face naik jerawat some more bila balik Malaysia,LOL.Ok2 let’s be serious!I realize I’m growing old,and I have changed through time. Last night,my auntie asked me when did I start wearing tudung labuh.My younger brother is so amazed when I told him how Tanah Melayu is related to Turki Othmaniyyah,showing him the proof at the same time.Sedangkan selama ini saya kurang menunjukkan minat untuk mengambil tahu tentang isu semasa apetah lagi dengan fakta-fakta sejarah yang saya rasakan trivial dan tidak memberi impak dalam kehidupan seharian saya.Quite a long time ago,a few of my friends telling me that I’m more perempuan than ever[erkk,haha].Weird,isn’t it??It’s just happened.People can change positively,Cuma mungkin perlu ada proses merealisasikan slogan “YES,WE CAN!” sepertimana yang disebut-sebut oleh Senator Barack Obama.



Whenever,wherever…just don’t forget that YOUR PAST SHAPE and MOULD WHO YOU ARE now.If you are a kampong boy/girl,there’s no need to be ashamed of it.Be proud of who you are,and where you come from…Ubah persepsi negative dan inferiority terhadap mereka yang anda rasa lebih tinggi/rendah tarafnya.They are just the same normal-person like everyone else.Rasanya tidak wajarlah jika kita berassobiyah dan bergaul dengan kelompok yang kita rasa sekufu dan sekepala semata-mata.Apakah kita terlampau risau orang yang “different taraf” ini akan meracuni pemikiran kita dan menjadikan kita lebih dangkal?? Siapa sebenarnya yang mewujudkan barrier ini at the first place??Kalau rasa tidak ngam sekalipun,the least we can do is not to totally ignore them.Kadang-kadang kita tidak boleh wait for them to approach and understand us first.Kita sendiri perlu sentiasa proaktif in life.As the saying goes “Seek to Understand Before Being Understood”.Berlatihlah untuk tebalkan muka anda seolah-olah anda terpaksa memberi speech ketika assembly or membuat presentation dihadapan assessor untuk menghancurkan barrier inferiority/superiority itu.Believe me,banyak gunanya!=D Jangan biarkan ego menguasai diri dan alasan perbezaan taraf menghalang anda untuk memajukan diri kehadapan.

“YES WE CAN!!”


Ps:Baru lepas memasak spaghetti untuk famili dan Nina,my bestfriend.I think it’s a success!!Thank you Diana for the recipe.YES,Cik Intan Can!!

Forum Petua Mencari Pasangan



Some of my friends gelak dan usik-usik saya sebab tiba-tiba saya begitu galak bercerita tentang Baitul Muslim dalam entri yang lepas.Let's just say ini adalah part of my 'freedom of speech' ,haha~At the same time sy tidak menafikan bahawa ada unsur-unsur 'hasutan' atau dalam kata yang lebih lembut,influential dari kawan-kawan.Apa-apapun,just bear with me a lil bit more yea sebab entri kali ini adalah kesinambungan daripada entri yang lepas=D


Forum Petua Mencari Pasangan

"Forum ilmiah yang kelakar,di support dengan fakta yang menarik untuk dijadikan ilmu yang bermanfaat kepada para pendengar!"[Miss Taib(2008),Pelajar jurusan Management Studies dari The Univ of Nottingham]


I believe that many of us have watched this forum - Forum Petua Mencari Pasangan[2004] moderated by Aziz Desa and Dr Mashitah and Dr Fadzilah Kamsah sebagai panellistnya.My flatmate ,Diana who first suggested me this forum long time ago.I didn't watch the videos until recently during my final exam.Entah camner boleh terklik ke link tersebut while browsing for something else in Youtube.



Forum ini sangat bagus bukan sahaja dari segi pengisiannya [both theories and practicalities],malahan penyampaian isi forum ini juga berjaya di deliver kepada audience dengan baik .Rasanya,dah banyak kali juga saya promote this forum to my friends,after watching it.And alhamdulillah,they all love it!

So,please enjoy yourself and grasp whatever knowledge which might benefit you.As for me,I have learnt some interesting facts and information from it!Yeahooo~ [such psaiko]






Forum Petua Mencari Pasangan 2/14
Forum Petua Mencari Pasangan 3/14
Forum Petua Mencari Pasangan 4/14
Forum Petua Mencari Pasangan 5/14
Forum Petua Mencari Pasangan 6/14
Forum Petua Mencari Pasangan 7/14
Forum Petua Mencari Pasangan 8/14
Forum Petua Mencari Pasangan 9/14
Forum Petua Mencari Pasangan 10/14
Forum Petua Mencari Pasangan 11/14
Forum Petua Mencari Pasangan 12/14
Forum Petua Mencari Pasangan 13/14
Forum Petua Mencari Pasangan 14/14

Cinta dan Perkahwinan

it's SUMMER..

As always,people around me usually talk about love and marriage[haha,sapela budak2 nih eh?].It's a popular topic among youngsters,indeed.However,bila cuti summer makin dekat ni,tetiba kerancakan bercerita tentang Baitul Muslim ini bertambah-tambah.Tidak mahu kalah dengan isu kenaikan harga minyak di Malaysia yang menjadi bahan diskusi ilmiah or kejian ramai.A few friends told me stories of people who get married with this kind of match-making process,reporting me any of our friends or their friends who are planning to get married during this summer holidays,and even urge me to find someone whom I can put my trust to become my future husband.

But,the most surprising part would be my famili.They seem like want me to get involve or should I say a bit too excited to associate me with this matter.And trust me,they made me part of their discussion.Hahaha,aduiila..Takpe2,mungkin kerana faktor umur saya yang makin meningkat dan pengajian ijazah yang bakal ditamatkan pada Jun tahun depan menyebabkan mereka memberi signal bahawa saya perlu bersedia dan lebih terbuka untuk berbincang tentang soal cinta dan perkahwinan.Alang-alang dah dimomokkan dengan bab-bab kahwin,ada baiknya I'll write something about it through my personal perspectives.



Actually,when people talk about love and marriage,it always reminds me of my PAST,PRESENT and FUTURE..It reminds me of the past because I did have someone before but broke up due to some valid reason.It realises me of the present,since the current social ills particularly in coupling,kes buang bayi merata-rata,zina,khalwat,rape cases, etc are in such alarming state in Malaysia.The matter subsequently makes me think of the future because I wonder how should I find someone who can I trust,and guide me to Allah?How should I raise my kids in this kind of unhealthy environment?and what are the solutions to these moral decadence?

"Intan,ko ni ketinggalan la makcik.Orang lain semua dah ada boyfriend,ko sorang je yang still takde lagi"[XX,Malaysia]

"Aku tanak balik Malaysiala tahun ni Tan.Ko paham-paham ajela,ak tak sanggup ahh nak tengok semua orang dah ade kapel,kita yang dah masuk 22 ni tak ada sape-sape lagi"[XY,Jepun]


Ini adalah persepsi rakan-rakan saya yang turut mencerminkan mentaliti sebahagian masyarakat Malaysia sekarang[I assume].Apabila dicadangkan untuk terlibat dalam proses matchmaking Baitul Muslim yang dijalankan oleh orang tengah,dan terus mempercepatkan tarikh perkahwinan,they immediately refuse to do so dengan alasan-alasan typical-financially unstable,tunggu habis study dulu,muda trang tang tang lagi,parents tak bagi etc.I don't really totally refute their arguments,but I somehow wonder,sejauh mana mereka serius dan berusaha sepenuhnya untuk merealisasikan sunnah Rasulullah SAW ini?

Kenapa Saya Tidak Mahu Bercouple?




Saya mengambil definisi Ustaz Maszlee Malik;yang mana mengikut beliau coupling is literally neutral,tetapi telah dikotor dan dihodohkan dengan ideologi liberal yang menjadikannya hanya sebagai definisi kepada hubungan intim dua insan berlainan jantina sebelum berkahwin. Pandangannya dipersetujui saya,kerana saya melihat gejala coupling sekarang bukan menjurus kepada bercinta,tetapi kebanyakannya lebih kepada 'melayan nafsu' semata-mata.

Ini bukanlah bermaksud anda tidak boleh bercouple,kalau mahu bercouple silakan!Tetapi biarlah melalui saluran yang betul,yakni through perkahwinan.Sungguh,saya begitu naif satu ketika dahulu kerana menyangka dengan bercouple mampu membantu saya melimitkan hubungan saya dengan kaum Adam.Aduhhh,kalau ada time machine,confirm saya akan tarik balik kata-kata saya yang tidak matang ini,haha!However,deep inside my heart I really am grateful to God the Almighty.My past experience contributes a lot in shaping my characteristics in becoming a better person.Who knows,I might still be confused,worried,misleading,naieve etc if I decide not to break up the relationship before.

In addition,I just find it's zalim to love someone who is not/not yet your official husband.Zalim yang saya faham,bermaksud meletakkan sesuatu bukan pada hak atau tempatnya.Jadi,my argument makes sense la jugak kan??Before this,I don't really understand how should girls and guys interact with one another.I just can't see and understand the guidelines given in Islam.Plus,melihatkan apa yang ditonjolkan oleh rakan-rakan muslim yang lain yang banyak menghalalkan perkara yang haram,which only confuse me further.Towards some extent,saya juga tidak faham bila melihatkan certain muslim/muslimat yang seakan-akan terlalu keras dan rigid,apabila bercakap dengan perempuan/lelaki lain,bagaikan seorang warden penjara melayan banduannya.Kalau saya sebagai seorang muslim yang ingin dapatkan kefahaman Islam pun dah pening dan keliru dengan akhlak yang ditonjolkan oleh muslimin dan muslimat sekarang,bagaimana pula dengan the non-muslim yang kebanyakannya menganggap perhubungan antara lelaki dan perempuan adalah sesuatu yang remeh dan perlu diraikan??


Jadi,nak buat camaner??

This matter sebenarnya cukup lama bermain di benak fikiran saya,namun saya masih belum berjumpa remedies yang mampu meyakinkan saya bahawa inilah cara terbaik unuk berinteraksi dengan muslimin until these past few days.Seorang sahabat memberitahu saya akan panduan umum untuk berinteraksi dengan kaum Adam:

  • Jaga pandangan
  • Pelihara aurat
  • Suara dengan intonasi yang formal
  • Kawal gerak geri berpandangan dengan tujuan yang betul
  • Bercakap tentang perkara yang perlu sahaja

InshaAllah I'll try my best to follow these guidelines.For those who knew me,please make do'a and give your support!Orang nak jadik baekkk ni wehhh!!=D I'm still the Intan just like before,but with higher desire to improve myself from time to time as I grow up and learn more about life and Islam.

Wallahualam.

Ps:Kalau yang dah ready untuk mendirikan Baitul Muslim,janganlah pula menangguhkan perkara yang baik ini yer.Please invite me to your wedding as well =D


Further reading on the solution by Ustaz Maszlee,klik here.

Kain Cinta Putih

Kain Cinta Putih
www.iLuvislam.com
Dihantar oleh: Ulama' ummah* (hasil tulisan: Mohd Zahid bin Abu Bakar)

Peluh mengalir deras membasahi seluruh tubuh kecil yang sedang asyik membanting tulang empat kerat. Setiap kali titisan peluh itu mengalir meluruti dahi menuju ke kelopak mata, pantas dikesat dengan lengan bajunya. Rasa letih mula menjalar perlahan-lahan menyerap ke seluruh tubuh. Namun, tubuh kecil itu tetap menggagahkan diri untuk menghabiskan bakian kerjanya. Jika dituruti rasa letih dan penat itu mungkin akan mengakibatkan seisi rumahnya kelaparan.

“Pak Majid! Lidi yang telah diraut ni Kudin letakkan di atas para bawah rumah. Buah kelapa yang Kudin kutip tadi, semuanya Kudin kumpulkan di tepi tangga di belakang rumah sana” ujar Kudin sebaik sahaja usai kerjanya meraut lidi serta memungut buah-buah kelapa kepunyaan Pak Majid.

“Kudin! Ini duit upah untuk hari ini. Besok boleh tak Kudin tolong Pak Majid bersihkan kebun?” kata Pak Majid sambil menghulurkan sejumlah wang kepada Kudin.

“Insya Allah. Kalau mak Kudin tak sakit, Kudin datang bantu Pak Majid besok” balas Kudin. Setelah berjabat tangan, Kudin meminta izin pada Pak Majid untuk pulang ke rumahnya. Dengan secangkir senyuman ikhlas, Pak Majid membenarkan Kudin pulang. Selepas terungkap lafaz salam Kudin pun meninggalkan Pak Majid.


Kudin mendongak ke langit. Sang mentari yang garang membakar, betul-betul tegak di atas kepalanya. Suatu petanda menandakan bahawa waktu Zohor hampir tiba. Seolah-olah ia adalah satu suruhan tanpa suara kepada semua manusia yang beriman agar bersiap-sedia untuk menunaikan tiang agama. Langkah kaki yang disusun semakin pantas diatur. Menyusuri denai dan semak menuju ke pondok usang tinggalan Allahyarham bapanya. Sekalipun pantas, kewaspadaan terhadap rintangan yang sedia tersaji menjadi satu signifikan dalam dirinya. Kecelakaan mungkin boleh berlaku. Paku, duri dan kaca bakal tertusuk menembusi telapak kakinya andai dia tidak berwaspada dan berhati-hati. Rutin hariannya akan tergendala sekiranya hal sedemikian menimpa dirinya.


***********

“Assalamualaikum, Mak! Abang balik ni” laung Kudin memanggil ibunya.
“Waalaikumussalam. Anak mak dah balik. Masuk nak” jawab makcik Habibah, ibu Kudin. Dia hanya mampu menyambut kepulangan anaknya itu sehari-hari dengan kata-kata manis. Dia mengharapkan agar kata-kata itu menjadi pemangkin serta penawar keletihan anaknya. Kalau diikutkan hati dia tidak mahu mengizinkan anak sulungnya itu bekerja. Dia amat menginginkan Kudin mendapat pelajaran seperti anak-anak orang lain yang seusianya. Tapi kuasa Allah mengatasi segalanya. Dia kini lumpuh kedua-dua belah kaki akibat dari kemalangan yang dialaminya ketika Kudin masih berusia dua tahun dan Zubaidah anak keduanya berumur setahun. Kemalangan itu telah meragut nyawa suaminya yang merupakan ketua keluarga mereka. Tetapi dia yakin bahawa Allah s.w.t tidak bersifat kejam. Allah s.w.t tidak menzalimi keluarganya. Ujian yang dialaminya kini adalah tarbiah dari Allah. Ujian ini bukanlah satu penganiayaan tetapi satu penilaian dari Allah terhadap dirinya. Dia juga telah menitipkan keyakinan ini terhadap kedua-dua anaknya. Mereka anak-beranak redha dengan ketentuan Allah ini.

“Mak dah makan?” tanya Kudin sebaik sahaja kakinya melangkah masuk.
“Belum. Mak tunggu abang. Kita makan sama-sama ya”

“Baik. Em! Adik mana mak?”

“Ke belakang katanya tadi. Ambil batang lambok buat ulam” ujar Makcik Habibah.

Kudin melangkah keluar meninggalkan ibunya menuju ke belakang rumah mereka.

“Zubaidah! Awak buat apa tu?” tegur Kudin. Sejak dia pandai menyebut nama adiknya itu, belum pernah dia meringkaskan nama Zubaidah. Dia sangat menyayangi adiknya. Zubaidah juga senasib dengannya. Tidak mendapat pendidikan kerana kemiskinan keluarga mereka.

“Ambil lambok ni. Abangkan suka makan ulam lambok cicah dengan sambal tempoyak. Adik goreng ikan je hari ni. Tak sempat nak masak gulai. Tadi, asyik sangat berkebun sampai terlewat masak. Abang tak marahkan?” ujar Zubaidah sayu. Dia bimbang akan dimarahi abangnya.

Kudin menghampiri Zubaidah lantas mendakapnya dengan penuh manja. Diusapnya rambut halus Zubaidah perlahan-lahan. Dahi si adik dikucup. Ditatapnya wajah Zubaidah beberapa ketika. Kemudian diukirnya sekuntum senyuman untuk Zubaidah.

“Tak marah. Adik abang tak pernah buat abang marah. Tak ada gulai pun kita tetap makan jugak kan. Bukankah mak selalu pesan pada kita yang makan ni untuk hidup dan bukan hidup untuk makan. Adik abang ingat lagikan” tutur Kudin menyantun lembut.

“Adik ingat abang” balas Zubaidah.

“Em! Zubaidah tanam apa hari ini?” tanya Kudin.

“Kacang panjang dengan timun. Sedap ni kalau cicah dengan tempoyak” jawab Zubaidah sambil tersenyum bangga.

Kedua-dua beradik itu berjalan dalam pelukan melangkah masuk ke dalam rumah. Mereka kemudian makan bersama-sama. Tengahari itu mereka sekeluarga makan dengan penuh kemesraan. Kudin dan Zubaidah bergilir-gilir menyuap nasi ke mulut ibu mereka. Ibu lumpuh itu seakan terlupa akan kesempitan hidup mereka bila melihat telatah kedua-dua anaknya.

***********

“Siapa tahu apa maksud anak soleh?” tanya Ustaz Taufiq menguji kefahaman murid-muridnya. Semua muridnya terlopong sambil berpandangan sesama mereka. Tidak kurang juga segelintir dari mereka yang menggaru-garu kepala yang tidak gatal.

“Nurul Husna! Boleh terangkan pada kawan-kawan apa yang Nurul Husna tahu tentang anak soleh?” soal Ustaz Taufiq kepada salah seorang muridnya yang sedang asyik membelek-belek kotak pensel. Dalam keadaan terpinga-pinga Nurul Husna senyum tersengih. Giginya yang rongak bahagian depan mengurangkan sedikit seri wajahnya. Ustaz Taufiq tersenyum. Dia faham benar dengan kerenah semua muridnya. Diajunya soalan yang sama kepada Abdul Rafiq pula. Abdul Rafiq merupakan murid yang paling nakal dalam kelas itu tetapi amat luas pengetahuannya. Ibunya juga seorang guru agama. Dia mengajar di kampung sebelah.

“Saya, kalau anak soleh tu tak tau la Ustaz. Tapi kalau anak Salleh tu saya kenal sangat” jawab Abdul Rafiq sambil tangnnya menunjuk ke arah Nur Shahirah. Nur Shahirah ialah anak Pakcik Salleh tukang gunting rambut kampung mereka. Dia terkejut. Kemudian terus menangis kerana kelas mentertawakannya.

“Tap! Tap! Tap!” bunyi rotan diketuk ke meja. Ustaz Taufiq mententeramkan kelasnya. Abdul Rafiq didendanya. Kemudian dia menjelaskan kepada murid-muridnya maksud anak soleh.

“Anak soleh ialah anak yag sentiasa patuh dan taat kepada perintah kedua ibu bapanya selagi mana mereka tidak menyuruh kepada perkara-perkara yang bertentangan dengan perintah Allah dan nabi kita Muhammad s.a.w” jelasnya.

“Kita tidak boleh melawan kata-kata ibu dan bapa kita. Nabi s.a.w bersabda : Keredhaan Allah itu terletak pada keredhaan kedua ibu bapa dan kemurkaan Allah itu terletak pada kemurkaan kedua ibu bapa” jelasnya lagi.

“Dan yang paling utama ialah anak yang soleh ini sentiasa mendoakan kebahagian kedua ibu bapanya di dunia dan akhirat” sambungnya lagi. Semua muridnya terdiam. Bermacam-macam reaksi dari mereka apabila mendengar penjelasan itu. Ustaz Taufiq mengerti keluh-kesah murid-muridnya.

“Kelas! Semua sekali tengok Ustaz?” pintanya.

Semua murid memandangnya. Dia membiarkan mereka terdiam sebentar. Sambil menarik nafas dia bertanyakan satu soalan kepada mereka.

“Awak semua sayang tak pada mak dan ayah awak?” soalnya.

“SAYANG” jawab mereka serentak.

“Awak semua nak tak mereka masuk syurga?” soalnya lagi.

“NAK”

“Jadi, kalau awak semua nak mereka masuk syurga, awak semua kena rajin-rajin belajar tentang Islam. Sebab anak yang sayangkan ibu dan bapanya mesti pandai tentang agama Islam. Agama Islam mengajar kita cara berdoa untuk kebahagiaan ibu bapa kita. Kalau awak semua nak pandai berdoa untuk mak dan ayah awak, mesti kena datang sekolah agama hari-hari. Inilah bukti kita cintakan mak dan ayah kita” jelasnya berjela.

“Apa bukti cinta kita pada mak dan ayah kita?” tanya Ustaz Taufiq pada murid-muridnya.

“KITA KENA DATANG SEKOLAH AGAMA TIAP-TIAP HARI SUPAYA KITA PANDAI BACA DOA UNTUK KEBAHAGIAN MAK DAN AYAH KITA, USTAZ” serentak dijawab oleh semua muridnya.

Kudin yang sedari tadi duduk di luar kelas menitiskan air matanya. Dia hanya mendengar pengajian itu dari luar kelas kerana tidak mampu untuk membayar yuran. Begitulah rutin hariannya hampir setahun. Selama itu juga tidak seorang pun menyedari kehadirannya. Dia juga tidak ingin kehadirannya diketahui. Bimbang mengganggu ketenteraman orang lain. Memang itulah hakikatnya. Kanak-kanak kampung itu tidak berapa suka berkawan dengannya. Malah mereka menggelarnya dengan gelaran Kudin Kurap. Dia sendiri sehingga kini masih memikirkan kenapa dia digelar “kurap” walhal setompok kurap pun tidak pernah bertunas di tubuhnya. Barangkali kerana pakaiannya yang lusuh menyebabkan dia dihina sedemikian.

Kudin mengesat air matanya. Otaknya berputar memikirkan kata-kata Ustaz Taufiq sebentar tadi. Bukti cinta seorang anak kepada ibu bapanya ialah hadir ke sekolah agama setiap hari. Kenapa? Supaya faham tentang agama Islam. Untuk apa? Untuk mengetahui cara mendoakan kesejahteraan mereka. Sekali lagi air matanya berderai ke pipi. Bagaimana mungkin untuk dia hadir ke sekolah setiap hari. Hendak membayar yuran pun dia tidak mampu. Hidupnya sekeluarga sekadar kais pagi makan pagi, kais petang makan petang. Kalau setakat mendengar dari luar kelas sebegini bagaimana untuk dia lekas pandai berdoa. Belajar perlu diuji. Ujian untuk mengetahui tahap kefahaman seseorang. Itulah antara butiran permata bicara yang didengarinya dalam khutbah jumaat yang lepas. Dia tidak bisa diuji kalau tidak hadir ke sekolah seperti kanak-kanak seusianya.
Kudin terus menangis sambil meratapi takdir dirinya. Bukan menyesali. Tapi dia seorang kanak-kanak. Dia tidak setabah ibunya. Air matanya mencurah-curah. Tangisannya menyerap masuk ke dalam kelas tanpa ia sedari. Suara tangisannya telah menarik semua murid berlari meluru ke arah jendela.

“KUDIN KURAP!” jerit mereka serentak. Kudin terkejut dan cuba lari beredar. Akan tetapi langkah kakinya terhalang oleh suara Ustaz Taufiq yang memanggilnya. Ustaz Taufiq bergegas ke luar kelas mendapatkan Kudin.

“Siapa nama awak?” tanyanya pada Kudin.

“Fakhruddin bin Mansur”

“Tapi orang panggil saya Kudin” jelas Kudin.

“Tak mengapa. Kalau orang panggil awak Kudin biar Ustaz panggil awak Fakhruddin. Nama kita adalah doa” jelasnya.

“Kenapa Fakhruddin tak masuk kelas belajar bersama kawan-kawan lain” tanyanya pula.

“Saya tak ada duit untuk bayar yuran dan beli baju, Ustaz” jawab Kudin.

Ustaz Taufiq berfikir seketika. Dahinya berkerut. Dipejamkan matanya mengharapkan pertolongan daripada Allah s.w.t agar bisa dirungkaikannya masalah ini. Hati dan fikirannya berbicara rancak mencari jalan penyelesaian.

“Macam ni la Fakhruddin. Soal yuran tu awak tak perlu fikirkan. Taulah Ustaz nak uruskannya. Cuma tentang baju tu masalah sikit. Sekolah ni sentiasa dipantau oleh pegawai dari majlis agama. Mereka mahu semua murid di sini datang sekolah dengan pakaian seragam. Baju melayu putih sepasang serta sampin hijau dan bersongkok hitam. Ustaz tak mampu nak bantu awak beli baju tu” terangnya memberi jalan.

“Berapa harga baju tu Ustaz?” tanya Kudin.

“Ustaz tak pasti sebab ustaz tak ada anak lelaki. Setahu Ustaz kita kena tempah baju tu. Cuba awak tanya pada kedai Ah Seng di pekan” sarannya.

“Untuk pengetahuan Ustaz, saya bekerja mengambil upah membantu orang-orang kampung. Beginilah, mulai esok saya akan bekerja dengan lebih kuat. Walau apa cara sekalipun saya mesti dapatkan baju itu. Baju itu nanti akan menjadi bukti cinta saya pada mak dan ayah saya” ujar Kudin penuh bersemangat. Ustaz Taufiq sungguh terharu. Dia berdoa didalam hati memohon kejayaan Kudin.



Rabbani:Anak soleh

***********

Sejak hari itu Kudin bekerja dari pagi hingga lewat petang. Berbagai-bagai kerja yang dilakukannya. Menebas, mengutip kelapa, membersih kolam ikan dan banyak lagi. Tujuannya hanya satu. Baju seragam sekolah agama. Dia mesti berusaha dengan sekuat tenaganya kerana Allah sentiasa bersikap adil terhadap hamba-hambaNya. Kurnia Allah setimpal dengan usaha hambaNya. Sekiranya kuat kita berusaha maka banyaklah yang akan kita perolehi hasilnya dan begitulah sebaliknya. Bak kata pepatah, dimana ada kemahuan di situ ada jalan.

Tiga minggu Kudin memerah keringat untuk mencapai cita-citanya. Hari ini dia akan ke kedai Ah Seng di pekan untuk menempah baju yang diingininya. Dia merasakan wangnya telah mencukupi. Sengaja dia tidak bertanya terlebih dahulu tentang harga di kedai Ah Seng seperti yang disarankan oleh Ustaz Taufiq. Upah selama tiga minggu kerja bermati-matian dirasakannya cukup untuk menempah baju seragam tersebut. Sebelum ke pekan dia bertemu dahulu dengan ibu dan adiknya Zubaidah untuk memberitahu hajatnya ini. Mereka berdua gembira mendengarnya.

“Zubaidah! Abang janji. Kalau abang dah masuk sekolah agama nanti, abang akan ajar adik apa yang abang belajar” ujar Kudin kepada Zubaidah.

“Terima kasih abang. Eh! Silap. Ustaz Abang” jawab Zubaidah sambil berseloroh mengusik abangnya.

“Ini janji abang, Zubaidah. Abang nak kita berdua jadi anak yang soleh” ujar Kudin bersemangat. Zubaidah mengangguk-angguk tanda faham dengan maksud abangnya.

“Adik jaga mak ya” pesan Kudin pada Zubaidah.

“Mak! Baju itu nanti akan menjadi bukti cinta dan kasih sayang abang pada mak, ayah dan adik. Mak doakan abang ya” kata Kudin pada ibunya.

“Mak sentiasa mendoakan kebaikan untuk anak-anak mak” jawab ibunya dengan linangan air mata kebanggaan.

Kudin pun meniggalkan ibu dan adiknya menuju ke pekan. Dalam perjalanan dia membayangkan betapa segaknya dia dengan pakaian seragam itu nanti. Dia semestinya puas. Pakaian seragam itulah tanda cintanya terhadap keluarganya. Dan yang paling membanggakan ialah dia mendapatkannya dengan wang hasil usahanya sendiri.

***********

“Tauke! Saya mahu tempah baju untuk sekolah agama. Berapa dia punya harga?” tanya Kudin kepada tauke Ah Seng.

“Oh! Lu budak. Gua ada kenai sama lu. Bapak lu punya nama Mansur kan?” tanya tauke Ah Seng.

“Ya la tauke. Macam mana tauke boleh kenal saya punya bapak?” tanya Kudin kehairanan.

“Gua ha. Sama lu punya bapak banyak baik dulu-dulu. Lu tadi mau tempah sekolah agama punya baju bukan. Dia punya halga RM35. Tapi itu mahal punya kain la. Kalau mulah punya kain gua kasi lu RM20. Tapi itu kain Melayu bikin bungkus olang mati la” jelas tauke Ah Seng.

“Itu songkok berapa harga dia tauke?” tanya Kudin sambil menunjuk ke arah songkok hitam di dalam almari kaca.

“Itu RM25 satu. Lu mau ka?”

“Mahal la tauke. Saya ada RM30 saja”

“Ini macam la budak. Gua punya anak ala ini songkok. Dulu dia ala masuk sekolah punya pancalagam. Sikalang tatak ala pakai lagi. Gua kasi lu angkat. Hadiah gua sama lu. Dia punya kepala sama lu punya kepala ala sama”

“Terima kasih tauke. Saya mau angkat kain yang murah punya. Lebih duit ni saya bikin belanja”

“Banyak bagus la itu macam. Sini mali. Gua kasi ukur lu punya badan dulu” minta tauke Ah Seng. Sambil mengukur dia rancak bercerita itu dan ini tentang bapa Kudin. Ternyata mereka terlalu akrab suatu masa dulu.

“Lagi satu minggu lu latang sini kasi angkat lu punya baju. Itu jam juga lu boleh masuk sekolah agama” beritahu tauke Ah Seng.

“Terima kasih tauke. Ini baju tanda cinta saya pada saya punya mak, ayah dan adik saya”

“Banyak baik lu punya hati. Saya banyak suka dapat jumpa lu ini hali”

“Terima kasih tauke. Saya balik dulu”

Kudin terus berlari pulang ke rumahnya kerana terlalu gembira. Dia perlu segera sampai ke rumah untuk berjumpa ibu dan adiknya. Mereka juga harus merasai sama berita gembira ini.

“Hoi! Budak. Jangan lali. Jalan pun lu boleh sampai rumah” jerit tauke Ah Seng kepada Kudin dari dalam kedainya. Kudin berpaling sambil melambai-lambai tangannya kepada tauke Ah Seng.

“BANG!!!”

Dengan tidak semena-mena muncul sebuah kereta yang bergerak laju menghala ke arah Kudin serta melanggar tubuh kecil itu. Hentakkan yang kuat menyebabkan Kudin tercampak 30 meter ke hadapan. Tauke Ah Seng yang melihat kejadian itu di depan matanya menjerit sekuat hati. Dia kemudian berlari ke arah Kudin. Kudin yang ketika itu tercungap-cungap tanpa sebarang suara. Tauke Ah Seng memangku kepala Kudin yang diselubungi darah di atas pahanya. Dia berteriak kepada orang ramai supaya menahan mana-mana kereta untuk membawa Kudin ke hospital berdekatan.

Darah yang mengalir deras terus-menerus keluar dari mulut, hidung dan mata selain melalui bahagian kepala Kudin yang luka parah. Kaki dan tangannya terkulai. Kudin berdengkur. Dari perlahan bertukar kuat. Kemudian keluar darah berbuih dari mulutnya. Selepas itu tiada lagi sebarang tindak balas dari tubuh kecil itu. Kudin tidak bergerak. Nafas yang tadinya tercungap-cungap kini telah terhenti. Terhenti untuk selamanya. Orang ramai yang mengerumuninya menggeleng-gelengken kepala. Kudin telah pergi menemui Tuhannya.

***********

“Mana la abang kamu ni Zubaidah? Dah nak masuk Asar masih tak balik-balik lagi” rungut Makcik Habibah.

“Entahlah mak. Biasanya sebelum sampai Zohor abang dah ada di rumah” jawab Zubaidah.

“Eh! Mak. Tengok sana tu. Ada van masuk ke rumah kita” kata Zubaidah.

Makcik Habibah kaget. Dia tergamam melihat sebuah van menghala ke rumahnya. Dia kenal benar dengan van itu. Van jenazah hospital. Zubaidah hanya memerhatikan van itu sehingga berhenti di hadapan pintu rumahnya tanpa mengerti seperti ibunya. Keluar dua orang lelaki dari van tersebut menuju ke depan pintu rumah mereka.
“Assalamualaikum!” salah seorang dari mereka memberi salam.

“Waalaikumussalam” jawab mereka berdua.

“Makcik ni ibu Fakhruddin ya?” tanya lelaki yang seorang lagi.

“Ya” jawab Makcik Habibah.

“Kami harap makcik banyak-banyak bersabar. Anak makcik Fakhruddin kemalangan. Dia dah meninggal. Ni kami datang hantar jenazahnya” jelasnya.

“Tauke Ah Seng yang tunjukkan kami jalan ke mari” ujar lelaki yang memberi salam tadi.

Zubaidah terus mendakap ibunya serta menangis sebaik sahaja mendengar kata-kata lelaki itu. Mereka dua beranak berpelukan menangisi pemergian Kudin.

Jenazah Kudin dibawa masuk ke dalam rumah kecil mereka. Jenazahnya diletakkan ditepi pembaringan ibunya. Ibu lumpuh itu memeluk erat anaknya yang tidak lagi bernyawa. Dikucupnya kedua-dua belah pipi dan dahi jenazah anaknya itu. Kemudian diikuti oleh Zubaidah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh ibunya. Lama dia mendakap. Dia tidak mahu melepaskan pelukannya. Makcik Habibah menenangkan anak perempuannya itu. Zubaidah mengalah dengan kata-kata ibunya. Dia terusan menangis dipangkuan ibunya.

“Nyonya! Ini kain lu kasi bungkus lu punya anak. Tadi sebelum kena langgar dia ada bili dekat gua punya kedai” kata tauke Ah Seng sambil menghulurkan kain putih yang dibeli oleh Kudin di kedainya. Makcik Habibah menyambut kain putih itu. Dia kemudian mengucup kain itu beberapa kali. Kain yang ingin Kudin jadikan baju melayu itu akan digunakan sebagai kain kapan jenazahnya. Kain putih yang ingin dijadikan bukti cintanya kepada ibu, bapa dan adiknya kini menjadi pembalut tubuhnya bertemu Allah cinta yang hakiki.



***Tamat***

* Ulama' ummah merupakan salah seorang daripada penulis jemputan di iLuvislam.com,halaman blog beliau boleh dilayari di ulamaummah.blogspot.com



Wonderful Overseas Weekend@WOW



I know this might be a 'basi' promotion already(lol),but nevermind...I will just do my responsibilty and promote the event.Program Wonderful Overseas Weekend or WOW ini dianjurkan khas untuk adik-adik yang bakal melanjutkan pelajaran ke luar negara tahun ini.Program ini adalah hasil kerjasama antara KRIM dan iluvislam dan penyertaannya tidak terhad kepada pelajar dari mana-mana kolej persediaan mahupun kursus pengajian yang bakal diambil.Personally,saya rasa program ini sangat berbaloi in terms of tenaga kerja yang disumbangkan bagi menjayakan aktiviti ini.Apetah lagi dengan fees yang sangat murah dan tempat program yang selesa..[RM 35 je dik wehhh] .For more info,klik sini.

Sedih juga sebab tak dapat turut serta ke WOW,memandangkan saya akan ke Sabah dan Sarawak bagi mengikuti program Kem Eksplorasi Minda anjuran bersama ISAC Studio dan iluvislam.InshaAllah from 24th July till 4th August.Clash tarikh!!Tapi tak mengapalah,rezeki saya ditempat lain.Haihhh,t sabar nak balik Malaysia,dapat berita minyak petrol naik lagi hari ini,haiyoo~makin ramaila penduduk Malaysia yang akan botak and depress due to this increment.Sabar ajelah yer..